Selasa, 18 Maret 2008

DATANG LAGI

Malam sepi mencekam, semua kepiluan terkumpul di dalam dukaku yang semakin hari semakin menyesakkan hati. Semua ini karena manusia kejam itu, Dia tak pernah mau mengerti dan seolah tak mau mengerti lagi tentang apa yang kurasakan. Sejak ku tahu dia seperti itu, kutinggalkan saja dia. Toh, bila aku tetap bersamanya hanya menambah beban deritaku saja. Aku mencoba menghapus masa laluku yang penuh derita dengannya. teraniaya, sakit. Rasanya ingin kucekik saja lehernya. Tapi, tanganku tak punyai keberanian tuk lakukan itu.

2 tahun telah kulewati dengan penuh kehampaan. Bukan karena aku meninggalkannya, tapi karena aku tak bisa membuka hatiku untuk yang lain. Ugh, gara-gara lelaki itu, hidupku kacau begini. Aku BENCI dia. BENCI sebenci-bencinya aku pada siapapun juga. Aku berharap aku tak akan pernah melihat wajah lelaki itu lagi. Cukup sakit hatiku dibuatnya.

Nampaknya aku sial...Sangat-sangat sial....3 minggu yang lalu, aku bertemu dengannya di sebuah toko buku. SHIT!!!! Dia mengahampiriku. "Hai Fi, gimana kabarmu? Sehat-sehat aja khan?", katanya penuh seldik. Ih, aku benci dengan tatapan matanya. Dia pikir aku akan terjerat lagi????

"hm....", jawabku cuek sambil tak mau melihat wajahnya. "Kenapa? Kamu masih marah soal itu? Please Fiona, kamu ngomong dong..", pintanya padaku. "Sorry, aku buru-buru", jawabku meninggalkan sosoknya yang masih terlihat mematung melihat kepergianku.

Yah, seperti itulah.....Setelah itu malamnya mamah memanggilku.
"Sayang...Fiona, ada telepon dari temen nich...", teriak mamahku dari ruang tengah. Aku bergegas berlari menuju keruang tengah. Ku ambil gagang telepon itu hati-hati.
"Halo, siapa ini?", tanyaku pelan-pelan.
"Fi, ini aku. Kita harus bicara. Aku gak mau terus-terusan di hantui bayang-bayang kamu itu.", Kta suara di seberang sana.
"Hardy? Tau dari mana nomor rumahku ini?", aku bertanya padanya.
"Aku tau dari penjaga toko buku laggananmu, sudahlah...itu tak penting...aku ingin bicara denganmu. Aku tunggu besok di taman dekat rumahmu..",katanya kemudian..
.........tut...tut...tut...tut...

Siang itu udara sangat panas sekali. Enggan rasanya tuk melangkahakan kakai keluar rumah. Tapi, entah keapa hati ini selalau mendorong raga ini melangkah dan membuka pintu depan. Sejenak aku ragu. Apa dia masih menungguku? padahal waktu yang di janjikan sudah lewat dari satu jam yang lalu. Kucoba tuk langkahkan kaki. Dan ketika sampai di taman aku tercengang. Ku lihat dia masih terduduk manis di bangku taman, dan tersenyum sumringah ketika melihatku datang.
"Akhirnya Fi, kamu mau dateng juga.", sapanya.
"sebenernya ada apa sich? to the point aza dech!", kataku dengan nada yang cuek.
"sebaiknya kaita ngomong di tempat yang lebih tenang". Aku menurut saja kata-katanya.
"Kenapa harus di cafe sich?", ucapku penuh selidik.
"Biar kita bisa ngobrol sambil santai...", jawabnya pula masih dengan ramah.
"ya udah jangan buang waktu.", pintaku.
"Gimana, sekarang lagi sibuk ngapain?", tanyanya.
"Lagi sibuk belajar buat UAN", jawabku singkat.
"Kenapa kamu pindah gak ngasih kabar dulu ke aku? dua tahun aku nyari kamu...", katanya lirih.
"Aku gak pernah nyuruh kamu buat nyari aku...Gimana kabar Lara..?", tanyaku denga nada menyindir.
Ekspresi wajahnya berbeda. Aku senang melihat wajahnya seperti itu. Karena aku benci Lara. Lara adalah seorang soulmateku. Tapi tidak untuk sekarang. Aku BENCI dia. Sama seperri aku benci dengan Hardy. Karena dulu Hardy dan Lara pernah selingkuh di belakangku.
"Fi,....Lara selalu nyariin kamu. Kamu belum denger penjelasan dari kami. Kamu langsung pergi dan hilang setelah kejadian itu. Aku butuh kamu. Please kamu dengerin aku dulu", jelasnya.
"Oh, jadi kamu ke sini cuma buat itu...?",kataku emosi..Aku beranjak dari tempat duduk . Tapi tangan Hardy mengengggam tanganku...
"Lepasin gak...!!!",
"Gak, sebelum kamu dengerin aku dulu,"
"lepasin..orang-orang banyak yang liat.", aku ngerasa terganggu denga suasana ini.
"Denger, Lara sudah meninggal karena penyakit leukimia yang dia derita. Dia gak pernah selingkuh ma aku. Waktu itu kertas hasil tes darahnya aku liat. Dia memohon padaku agar aku tak memberitahukan itu pada siapapun. Termasuk kamu....", terangnya dengan nada meninggi.

Aku tersentak...takut...merinding sekujur tubuhku. "Kamu gak bohong kan?? Kamu cuma becanda kan?", Kataku setengah tak percaya.
"Terserah kalo kamu gak percaya....Aku yang penting udah cerita ama kamu...", ujarnya lagi.
Dan kami hanya terdiam lagi. Sunyi tak bersuara......Mulutku kaku....Aku tak bisa lagi membentak dia....Aku malah takut....
"Gimana keadaan Bagas?", dia menanyakan kabar adikku.
"Baik...Dia udah gak ngompol lagi lho...", kataku dengan mencoba mencairkan suasana.
"Bagus dech...Aku bisa gak ketemu dia..?Aku kangen sama Bagas. Masa udah kelas 4 SD masih ngompol...",

"Sekarang kan udah kelas 6...", belaku.
"Iya dech..Inget gak dulu?Waktu kita jalan-jalan ke taman bawa Bagas..Dia ngompol di deket Tempat orang yang lagi pacaran...",
"Iya..ya..Aku inget..Abis itu kita berdua di kejar-kejar ama 5 pasangan yang lagi pacaran tadi....Tapi si Bagas malah enak-enakkan makan es cream", Kami mulai melunak.
"Hmmmm...kalo gak salah ada yang jatoh ke semak-semak buat ngumpet.Eh, Ga taunya di situ ada kambing.Truz saking kagetnya teriak-teriak gak jelas geto.", Ingatnya lagi.
"Ya...Itu Aku..Daripada kamu nabrak pohon kelapa. Sampe pada benjol tuch kepala...Lihat masih ada gak bekasnya?", Tanganku refleks menyibak poni yang menutupi dahinya....
Wajah kami berdekartan...

1 komentar:

Takooo mengatakan...

Ini tulis sendiri kak??

Non-fiksi nih??

:D